Hakikatnya, penilaian subyektif
terhadap waktu dan ruang tergantung pada si penganut. Sebelum Einstein,
umumnya orang senantiasa percaya bahwa dibalik kesan subyektif terdapat ruang
dan waktu yang absolut yang bisa diukur dengan peralatan secara obyektif.
Teori Einstein menjungkir-balikkan secara revolusioner pemikiran ilmiah
dengan cara menolak adanya sang waktu yang absolut. Contoh berikut ini dapat
menggambarkan betapa radikal teorinya, betapa tegasnya dia merombak pendapat
kita tentang ruang dan waktu.
Bayangkanlah sebuah pesawat ruang angkasa --sebutlah namanya X--meluncur laju
menjauhi bumi dengan kecepatan 100.000 kilometer per detik. Kecepatan diukur
oleh pengamat, baik yang berada di pesawat ruang angkasa X maupun di bumi,
dan pengukuran mereka bersamaan. Sementara itu, sebuah pesawat ruang angkasa
lain yang bernama Y meluncur laju pada arah yang sama dengan pesawat ruang
angkasa X tetapi dengan kecepatan yang berlebih. Apabila pengamat di bumi
mengukur kecepatan pesawat ruang angkasa Y, mereka mengetahui bahwa pesawat
itu melaju menjauhi bumi pada kecepatan 180.000 kilometer per detik. Pengamat
di atas pesawat ruang angkasa Y akan berkesimpulan serupa.
Nah, karena kedua pesawat ruang angkasa itu melaju pada arah yang bersamaan,
akan tampak bahwa beda kecepatan antara kedua pesawat itu 80.000 kilometer
per detik dan pesawat yang lebih cepat tak bisa tidak akan bergerak menjauhi
pesawat yang lebih lambat pada kadar kecepatan ini.
Tetapi, teori Einstein memperhitungkan, jika pengamatan dilakukan dari kedua
pesawat ruang angkasa, mereka akan bersepakat bahwa jarak antara keduanya
bertambah pada tingkat ukuran 100.000 kilometer per detik, bukannya 80.000
kilometer per detik.
Kelihatannya hal ini mustahil. Kelihatannya seperti olok-olok. Pembaca
menduga seakan ada bau-bau tipu. Menduga jangan-jangan ada perincian yang
disembunyikan. Padahal, sama sekali tidak! Hasil ini tidak ada hubungannya
dengan tenaga yang digunakan untuk mendorong mereka.
Tak ada keliru pengamatan. Walhasil, tak ada apa pun yang kurang, alat rusak
atau kabel melintir. Mulus, polos, tak mengecoh. Menurut Einstein, hasil
kesimpulan yang tersebut di atas tadi semata-mata sebagai akibat dari sifat
dasar alamiah ruang dan waktu yang sudah bisa diperhitungkan lewat rumus
ihwal komposisi kecepatannya.
Tampaknya merupakan kedahsyatan teoritis, dan memang bertahun-tahun orang
menjauhi "teori relativitas" bagaikan menjauhi hipotesa
"menara gading," seolah-olah teori itu tak punya arti penting
samasekali. Tak seorang pun --tentu saja tidak-- membuat kekeliruan hingga
tahun 1945 tatkala bom atom menyapu Hiroshima dan Nagasaki. Salah satu
kesimpulan "teori relativitas" Einstein adalah benda dan energi
berada dalam arti yang berimbangan dan hubungan antara keduanya dirumuskan
sebagai E = mc2. E menunjukkan energi dan m menunjukkan massa
benda, sedangkan c merupakan kecepatan cahaya. Nah, karena c adalah sama
dengan 180.000 kilometer per detik (artinya merupakan jumlah angka amat
besar) dengan sendirinya c2 (yang artinya c x c) karuan saja tak tepermanai
besar jumlahnya. Dengan demikian berarti, meskipun pengubahan sebagian kecil
dari benda mampu mengeluarkan jumlah energi luar biasa besarnya.
Orang karuan saja tak bakal bisa membikin sebuah bom atom atau pusat tenaga
nuklir semata-mata berpegang pada rumus E = mc2. Haruslah dikaji
pula dalam-dalam, banyak orang memainkan peranan penting dalam proses
pembangkitan energi atom. Namun, bagaimanapun juga, sumbangan pikiran
Einstein tidaklah meragukan lagi. Tak ada yang cekcok dalam soal ini. Lebih
jauh dari itu, tak lain dari Einstein orangnya yang menulis surat kepada
Presiden Roosevelt di tahun 1939, menunjukkan terbukanya kemungkinan membikin
senjata atom dan sekaligus menekankan arti penting bagi Amerika Serikat
selekas-lekasnya membikin senjata itu sebelum didahului Jerman. Gagasan
itulah kemudian mewujudkan "Proyek Manhattan" yang akhirnya bisa
menciptakan bom atom pertama.
"Teori relativitas khusus" mengundang beda pendapat yang hangat,
tetapi dalam satu segi semua sepakat, teori itu merupakan pemikiran yang
paling meragukan yang pernah dirumuskan manusia. Tetapi, tiap orang ternyata
terkecoh karena "teori relativitas umum" Einstein merupakan titik
tolak pikiran lain bahwa pengaruh gaya berat bukanlah lantaran kekuatan fisik
dalam makna yang biasa, melainkan akibat dari bentuk lengkung angkasa luar
sendiri, suatu pendapat yang amat mencengangkan!
|
|
Bagaimana bisa orang mengukur
bentuk lengkung ruang angkasa?
Einstein bukan sekedar mengembangkan secara teoritis, melainkan dituangkannya
ke dalam rumusan matematik yang jernih dan jelas sehingga orang bisa
melakukan ramalan yang nyata dan hipotesanya bisa diuji. Pengamatan
berikutnya --dan ini yang paling cemerlang karena dilakukan tatkala gerhana
matahari total-- telah berulang kali diyakini kebenarannya karena bersamaan
benar dengan apa yang dikatakan Einstein.
Teori umum tentang relativitas berdiri terpisah dalam beberapa hal dengan
semua hukum-hukum ilmiah. Pertama, Einstein merumuskan teorinya tidak atas
dasar percobaan-percobaan, melainkan atas dasar-dasar kehalusan simetri dan
matematik. Pendeknya berpijak diatas dasar rasional seperti lazimnya
kebiasaan para filosof Yunani dan para cendekiawan abad tengah perbuat. Ini
berarti, Einstein berbeda cara dengan metode ilmuwan modern yang berpandangan
empiris. Tetapi, bedanya ada juga: pemikir Yunani dalam hal pendambaan
keindahan dan simetri tak pernah berhasil mengelola dan menemukan teori yang
mekanik yang mampu bertahan menghadapi percobaan pengujian yang rumit-rumit,
sedangkan Einstein dapat bertahan dengan sukses terhadap tiap-tiap percobaan.
Salah satu hasil dari pendekatan Einstein adalah bahwa teori umum
relativitasnya dianggap suatu yang amat indah, bergaya, teguh dan secara
intelektual memuaskan semua teori ilmiah.
Teori relativitas umum juga dalam beberapa hal berdiri secara terpisah.
Kebanyakan hukum-hukum ilmiah lain hanya kira-kira saja berlaku. Ada yang
kena dalam banyak hal, tetapi tidak semua. Sedangkan mengenai teori umum
relativitas, sepanjang pengetahuan, sepenuhnya diterima tanpa kecuali. Tak
ada keadaan yang tak diketahui, baik dalam kaitan teoritis atau percobaan
praktek yang menunjukkan bahwa ramalan-ramalan teori umum relativitas hanya
berlaku secara kira-kira. Bisa saja percobaan-percobaan di masa depan merusak
nama baik hasil sempurna yang pernah dicapai oleh sesuatu teori, tetapi
sepanjang menyangkut teori umum relativitas, jelas tetap merupakan pendekatan
yang paling diandalkan bagi setiap ilmuwan dalam usahanya menuju kebenaran
terakhir.
Meskipun Einstein teramat terkenal dengan "teori relativitas"-nya,
keberhasilan karyanya di bidang ilmiah lain juga membuatnya tersohor selaku
ilmuwan dalam setiap segi. Nyatanya, Einstein peroleh Hadiah Nobel untuk
bidang fisika terutama lantaran buah pikiran tertulisnya membeberkan
efek-efek foto elektrik, sebuah fenomena penting yang sebelumnya merupakan
teka-teki para cerdik pandai. Dalam karya tulisan ilmiah itu Einstein
membuktikan eksistensi photon, atau partikel cahaya.
Anggapan lama lewat percobaan yang tersendat-sendat mengatakan bahwa cahaya
itu terdiri dari gelombang elektro magnit, dan gelombang serta partikel
merupakan konsep yang berlawanan. Sedangkan hipotesa Einstein menunjukkan
suatu perbedaan yang radikal dan amat bertentangan dengan teori-teori klasik.
Bukan saja hukum foto elektriknya terbukti punya arti penting dalam
penggunaan, tetapi hipotesanya tentang photon punya pengaruh besar dalam
perkembangan teori kuantum (hipotesa bahwa dalam radiasi, energi elektron
dikeluarkan tidak kontinyu melainkan dalam jumlah tertentu) yang saat ini
merupakan bagian tak terpisahkan dari teori itu.
Dalam hal menilai arti penting Einstein, suatu perbandingan dengan Isaac
Newton merupakan hal menyolok. Teori Newton pada dasarnya mudah dipahami, dan
kegeniusannya sudah tampak pada awal mula perkembangan. Sedangkan "teori
relativitas" Einstein teramat sulit dipahami biarpun lewat penjelasan
yang cermat dan hati-hati. Lebih-Lebih rumit lagi jika mengikhtisarkan
aslinya! Tatkala beberapa gagasan Newton mengalami benturan dengan gagasan
ilmiah pada jamannya, teorinya tak pernah tampak luntur atau goyah dengan
pendiriannya. Sebaliknya, "teori relativitas" penuh dengan hal yang
saling bertentangan. Ini merupakan bagian dari kegeniusan Einstein bahwa pada
saat permulaan, ketika gagasannya masih merupakan hipotesa yang belum diuji
yang dikemukakannya selaku orang muda belasan tahun yang samasekali tidak
dikenal, dia tak pernah membiarkan kontradiksi yang nyata-nyata ada ini dan
mencampakkan teorinya. Sebaliknya malahan dia dengan sangat cermat dan
hati-hati merenungkan terus hingga ia mampu menunjukkan bahwa kontradiksi ini
hanya pada lahirnya saja sedangkan sebenarnya tiap masalah selalu tersedia
untuk memecahkan kontradiksi itu dengan cara yang halus namun cerdik dan
tegas.
Kini, kita anggap teori Einstein itu pada dasarnya lebih "correct"
ketimbang teori Newton. Jika begitu halnya kenapa Einstein ditempatkan Lebih
bawah dalam daftar tingkat urutan buku ini?
Alasannya tersedia. Pertama, teori-teori Newtonlah yang merupakan peletak
dasar dan batu pertama ilmu pengetahuan modern dan teknologi. Tanpa karya
Newton, kita tidak akan menyaksikan teknologi modern sekarang ini. Bukannya
Einstein.
Ada lagi faktor yang menyebabkan mengapa kedudukan Einstein dalam urutan
seperti yang pembaca saksikan. Dalam banyak hal, perkembangan suatu ide
melibatkan sumbangan pikiran banyak orang. Ini jelas sekali misalnya dalam
ihwal sejarah sosialisme, atau dalam pengembangan teori listrik dan magnit.
Meskipun Einstein tidak 100% merumuskan "teori relativitas" dengan
otaknya sendiri, yang sudah pasti sebagian terbesar memang sahamnya. Adalah
adil mengatakan bahwa ditilik dari perbandingan arti penting ide-ide lain,
teori-teori relativitas terutama berasal dari kreasi seorang, si genius dan
si jempolan, Einstein.
Einstein lahir tahun 1879, di kota Ulm, Jerman. Dia memasuki perguruan tinggi
di Swiss dan menjadi warganegara Swiss tahun 1900. Di tahun 1905 dia mendapat
gelar Doktor dari Universitas Zurich tetapi (anehnya) tak bisa meraih posisi
akademis pada saat itu. Di tahun itu pula dia menerbitkan kertas kerja
perihal "relatif khusus," perihal efek foto elektrik, dan tentang
teori gerak Brown. Hanya dalam beberapa tahun saja kertas-kertas kerja ini,
terutama yang menyangkut relativitas, telah mengangkatnya menjadi salah
seorang ilmuwan paling cemerlang dan paling orisinal di dunia. Teori-teorinya
sangat kontroversial. Tak ada ilmuwan dunia kecuali Darwin yang pernah
menciptakan situasi kontroversial seperti Einstein. Akibat itu, di tahun 1913
dia diangkat sebagai mahaguru di Universitas Berlin dan pada saat berbarengan
menjadi Direktur Lembaga Fisika "Kaisar Wilhelm" serta menjadi
anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Prusia. Jabatan-jabatan ini tidak
mengikatnya untuk sebebas-bebasnya mengabdikan sepenuh waktu melakukan
penyelidikan-penyelidikan, kapan saja dia suka.
Pemerintah Jerman tidak menyesal menyiram Einstein dengan sebarisan panjang
kedudukan yang istimewa itu karena persis dua tahun kemudian Einstein
berhasil merumuskan "teori umum relativitas," dan tahun 1921 dia
memperoleh Hadiah Nobel. Sepanjang paruhan terakhir dari kehidupannya,
Einstein menjadi buah bibir dunia, dan hampir dapat dipastikan dialah ilmuwan
yang masyhur yang pernah lahir ke dunia. Karena Einstein seorang Yahudi,
kehidupannya di Jerman menjadi tak aman begitu Hitler naik berkuasa. Di tahun
1933 dia hijrah ke Princeton, New Jersey, Amerika Serikat, bekerja di Lembaga
Studi Lanjutan Tinggi dan di tahun 1940 menjadi warga negara Amerika Serikat.
Perkawinan pertama Einstein berujung dengan perceraian, hanya perkawinannya
yang kedua tampaknya baru bahagia. Punya dua anak, keduanya laki-laki.
Einstein meninggal dunia tahun 1955 di Princeton.
Einstein senantiasa tertarik pada ihwal kemanusiaan dunia di sekitarnya dan
sering mengemukakan pandangan-pandangan politiknya. Dia merupakan pelawan
teguh terhadap sistem politik tirani, seorang pendukung gigih gerakan
Pacifis, dan seorang penyokong teguh Zionisme. Dalam hal berpakaian dan
kebiasaan-kebiasaan sosial dia tampak seorang yang individualistis. Suka
humor, sederhana dan ada bakat gesek biola. Tulisan pada nisan makam Newton
yang berbunyi: "Bersukarialah para arwah karena hiasan yang
ditinggalkannya bagi kemanusiaan!" sebetulnya lebih kena untuk Einstein.
|
|